SEMINAR PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH YANG HOLISTIK-INTEGRATIF TURUT SEMARAKKAN MUSYWIL MUHAMMADIYAH-AISYIAH DIY

Seminar pendidikan turut menyemarakkan Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Ke-13 dan Aisyiah Ke 12 Daerah Istimewa Yogyakarta. Tim Divisi Expo Pendidikan menyelenggarakan seminar bertajuk “Pendidikan Muhammadiyah yang Holistik-Integratif” pada Sabtu (18/02) di Gedung Siti Moendjiah UNISA Yogyakarta. Seminar tersebut menghadirkan dua pembicara yaitu Didik Suhardi, Ph.D. dan Prof. Dr. Ir Sukamta, S.T., M.T.

Didik suhardi adalah Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kemenko PKM RI, sedangkan Sukamta adalah Dosen Fak. Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Didik sebagai pembicara pertama mengunkapkan bahwa pendidikan Muhammadiyah yang holistik-integratif memiliki tiga orientasi. Pendidikan holistik-integratif berorientasi pada pengembangan etos kerja, mental gotong royong dan integritas dalam diri siswa.

“Pembelajaran holistik-integratif adalah sistem pembelajaran yang meliputi seluruh dimensi potensi dan memadukan intelektualitas, moral dan spriritual, atau jasmani dan rohani peserta didik sebagai satu-kesatuan utuh,” jelas Didik.

Lebih lanjut, pria kelahiran Nganjuk tersebut memaparkan hasil penelitian Prof. John Hattle dari University of Auckland. Penelitian Hattle menunjukkan bahwa persentase penentu kesuksesan prestasi siswa terletak pada aspek karakternya.

Didik pun berharap Muhammadiyah mengembangkan pendidikan yang tidak sekedar mengajarkan aspek kognitif semata. Sekolah Muhammadiyah harus mengajarkan sikap mental dan softskill bagi siswa sebagai bekal mereka di masa depan.

ISMUBA (al-Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab), menurutnya, adalah instrumen penting bagi pendidikan karakter siswa. Sudah selayaknya ISMUBA mendapatkan pengembangan agar berjalan lebih efektif sehingga menyentuh aspek olah raga, olah rasa, olah hati dan olah pikir.

“Sekolah muhammadiyah sebagai sekolah perintis pendidikan modern tidak boleh kalah dari sekolah-sekolah yang baru tumbuh,” tandasnya.

Sukamta, pembicara kedua, melanjutkan sesi seminar dengan mengingatkan tentang pentingnya penggunaan akal untuk memahami ayat kauliyah dan ayat kauniyah. Ayat kauliyah adalah firman Allah SWT dalam al-Qur’an dan sabda Rasulullah SAW., sedangkan ayat kauniyah adalah alam semesta.

Ia menjelaskan, dalam memahami ayat kauliyah terdapat tiga metode yaitu bayani, burhani dan irfani. Adapun ayat kauniyah melalui metode epistemologi, ontologi dan aksiologi. Pada tahap selanjutnya pemahaman terhadap ayat-ayat tersebut sekolah turunkan dalam struktur kurikulum.

Selain itu, Sukamta menekankan kepada sekolah-sekolah Muhammadiyah tentang pentingnya menentukan atribut lulusan siswa. Ia menawarkan 6 aspek atribusi siswa lulusan sekolah Muhammadiyah yaitu (1) kemampuan mengaplikasikan ilmu; (2) berkomitmen pada nilai keislaman dan kemuhammadiyahan; (3) komunikatif; (4) problem solver; (5) kolaboratif; dan (6) literasi digital.

Sesi diskusi dan sharing kiat sukses penerimaan peserta didik baru (PPDB) menjadi penutup seminar dengan 100 tamu undangan dari perwakilan sekolah Muhammadiyah tingkat SD, SMP dan SMA Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut.