Pada zaman penjajahan Belanda, KH Ahmad Dahlan prihatin melihat banyak anak-anak yang tidak bisa sekolah. Mereka tidak bisa sekolah karena (1) sekolahan masih sedikit jumlahnya dan (2) masyarakat kebanyakan dalam keadaan miskin.

Kiai Dahlan mendirikan sekolah gratis pada 1 Desember 1911 untuk anak-anak di ruang tamu rumah

nya. Sekolah tersebut menggunakan model yang berbeda dengan sekolah pada umumnya saat itu.

Bagaimana sih model sekolahan pada zaman dulu? Sekolah zaman dulu ada dua model yaitu sekolah pesantren dan sekolah belanda.

  1. Sekolah pesantren biasanya hanya mengajarkan pelajaran agama Islam seperti Al-Quran dan Hadis, Fikih, Akidah dan lain sebagainya.
  2. Sekolah Belanda hanya mengajarkan pelajaran umum seperti IPA, Matematika, IPS dan lain sebagainya.

Sekolah milik Kiai Dahlan ingin menggabungkan antara model sekolah pesantren dan sekolah Belanda. Jadi, sekolah ini memberikan pengajaran ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum bagi anak-anak.

Setelah organisasi Muhammadiyah berdiri pada tahun 1912, sekolah Kiai Dahlan beratas-namakan Sekolah Muhammadiyah. Pada masa-masa selanjutnya, sekolah Muhammadiyah berkembang luas dan tidak hanya tingkat PAUD, TK dan SD, tetapi sampai tingkat universitas. Semua tingkatan pendidikan ini dikenal dengan nama Perguruan Muhammadiyah.

Pada tahun 2010, total jumlah Perguruan Muhammadiyah mulai dari tingkat PAUD sampai Universitas ada 17.035. Sungguh jumlah yang luar biasa. Sekolah-sekolah ini telah membantu mencerdaskan anak bangsa. Semuanya tidak lepas dari jasa Kiai Dahlan merintis sekolah di rumahnya.